Ketika Nabi Khidir Mendoakan Mayit Rasulullah Saw.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam kitab Tafsir: “Bercerita kepadaku, ayahku, yang didengarnya dari Abdul Aziz Al-Ausiy, dari Ali bin Abu Ali, dari Jakfar bin Muhammad bin Ali bin Husain, dari ayahnya, katanya Ali bin Abi Thalib berkata: “Ketika Rasulullah SAW wafat, datanglah ucapan takziah. Datang kepada mereka (keluarga Nabi SAW) orang yang memberi takziah. Mereka mendengar orang yang memberi takziah (ucapan dukacita) tetapi tidak melihat orangnya. Bunyi bunyi itu begini:

“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Wahai Ahli Bait, Setiap yang bernyawa akan mencicipi mati. Hanyasanya akan disempurnakan pahala kau pada hari kiamat. Sesungguhnya dalam agama Allah ada pemberi takziah bagi setiap musibah, bagi Allah ada pengganti setiap ada yang binasa, begitu juga akan menemukan bagi setiap yang hilang. Kepada Allah-lah kau berpegang dan kepada-Nya kau mengharap. Sesungguhnya orang yang diberi petaka akan diberi ganjaran pahala.”

Berkata Jakfar: Bercerita kepadaku, ayahku, bahwa Ali bin Abi Thalib ada berkata: “Tahukah kau siapa ini? Ini yaitu bunyi Nabi Khidir. Berkata Muhammad bin Jakfar: “Adalah ayahku, yaitu Jakfar bin Muhammad, menyebutkan perihal riwayat dari ayahnya, dari datuknya, dari Ali bin Abi Thalib bahwa tiba ke rumahnya satu rombongan kaum Quraisy lalu dia berkata kepada mereka: “Mahukah kau saya ceritakan kepada kau perihal Abul Qasim (Muhammad SAW)?” Kaum Quraisy itu menjawab: “Tentu saja mau”

Ali bin Abi Thalib berkata: “Jibril as. pernah berkata kepada Rasulullah SAW: “Salam sejahtera atas kamu, wahai Ahmad. Inilah final negeriku (maksudnya, terakhir kalinya) di bumi. Sesungguhnya hanya engkaulah hajatku di dunia”. Maka tatkala Rasulullah SAW wafat, Datanglah orang yang memberi takziah, mereka mendengarnya tetapi tidak melihat orangnya. Orang yang memberi takziah itu berkata: “Salam sejahtera atas kamu, wahai jago bait. Sesungguhnya pada agama Allah ada pemberi takziah setiap terjadi musibah, dan bagi Allah ada yang menggantikan setiap ada yang binasa. Maka kepada Allah-lah kau berpegang dan kepada-Nya kau mengharap. Sesungguhnya orang yang diberi petaka yaitu yang diberi ganjaran pahala”. Mendengar yang demikian, Ali bin Abi Thalib berkata: “Tahukah kau siapa yang tiba itu? Itu yaitu Khidir.”

Berkata Saif bin Amr At-Tamimi dalam kitabnya “Ar-Riddah”, yang diterimanya dari Said bin Abdullah, dari Ibnu Umar, dia mengatakan: “Ketika Rasulullah SAW wafat, datanglah Abu Bakar ke rumah Rasulullah. Ketika dia melihat mayat Rasulullah SAW, dia berkata: “Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un”. Kemudian dia bersama sahabat-sahabat yang lain menyalati mayat Rasulullah SAW. Pada waktu mereka menyalati mayat Rasulullah SAW, mereka mendengar bunyi gaib. Selesai shalat mereka pun semuanya diam, mereka mendengar bunyi orang di pintu mengatakan: “Salam sejahtera atas kamu, wahai Ahli Bait. Setiap yang bernyawa akan mencicipi kematian. Hanyasanya akan disempurnakan pahala kau pada hari kiamat. Sesungguhnya pada agama Allah ada pengganti setiap ada yang binasa dan ada yang terlepas dari segala yang menakutkan. Kepada Allah-lah kau mengharap dan kepada-Nya kau berpegang teguh. Orang yang diberi petaka akan diberi ganjaran. Dengarlah itu dan hentikan kau menangis itu."

Mereka melihat ke arah bunyi itu tetapi tidak melihat orangnya. Karena rasa sedih yang sedang menimpa dan mereka sedang menangis pula. Tiba-tiba terdengar lagi bunyi yang lain mengatakan: “Wahai Ahli Bait, ingatlah kepada Allah dan pujilah Dia dalam segala hal, maka jadilah kau golongan orang yang mukhlisin (ikhlas). Sesungguhnya dalam agama Allah ada pemberi takziah setiap terjadi musibah, dan ada pengganti setiap ada yang binasa. Maka kepada Allah-lah kau berpegang dan kepada-Nya kau taat. Sesungguhnya orang yang diberi petaka akan diberi pahala”. Mendengar yang demikian itu, Abu Bakar berkata: “Ini yaitu Khidir dan Ilyas. Mereka tiba atas janjkematian Rasulullah SAW”.

Berkata Ibnu Abu Dunia, yang didengarnya dari Kamil bin Thalhah, dari Ubad bin Abdusshamad, dari Anas bin Malik, dia mengatakan: “Sewaktu Rasulullah SAW meninggal dunia, berkumpullah sahabat-sahabat dia di sekeliling jenazahnya, menangisi janjkematian beliau. Tiba-tiba tiba kepada mereka seorang lelaki yang bertubuh tinggi menggunakan kain panjang. Dia tiba dari pintu dalam keadaan menangis. Lelaki itu menghadap kepada sahabat-sahabat dan berkata: “Sesungguhnya dalam agama Allah ada pemberi takziah (dukacita) setiap terjadi musibah, ada pengganti setiap ada yang hilang. Bersabarlah kamu, sebab sebenarnya orang yang diberi petaka akan diberi ganjaran”.

Kemudian lelaki itu pun menghilang dari pandangan para sahabat. Abu Bakar berkata: “Datang ke sini lelaki yang memberi takziah. Mereka memandang ke kiri dan kanan tetapi lelaki itu tidak nampak lagi”. Abu Bakar berkata lagi: “Barangkali yang tiba itu yaitu Khidir, saudara Nabi kita. Beliau tiba memberi takziah (ucapan dukacita) atas janjkematian Rasulullah SAW”.



Berkata Ibnu Syahin dalam kitabnya “Al-Jana’iz”: “Bercerita kepada kami Ibnu Abu Daud, dari Ahmad bin Amr, dari Ibnu Wahab, dari Muhammad bin Ajlan, dari Muhammad bin Mukandar, dia berkata: “Pernah pada suatu hari Umar bin Khattab menyalati jenazah, tiba-tiba dia mendengar bunyi di belakangnya: “Ingatlah, janganlah dulu dari kami mengerjakan shalat mayat ini. Tunggulah, sudah tepat dan cukupkah orang yang di belakang memulai takbir”. Kemudian lelaki itu berkata lagi: “Kalau engkau siksa dia, ya Allah, maka sebenarnya dia telah durhaka kepada-Mu. Tetapi bila Engkau mengampuni dia, maka dia benar-benar mengharap ampunan dari-Mu. Umar bersama sahabat-sahabat yang lain sempat juga melihat lelaki itu. Tatkala mayat itu sudah dikuburkan, lelaki itu masih meratakan tanah itu sambil berkata: “Beruntunglah engkau wahai orang yang dikuburkan di sini”. Umar bin Khattab berkata: “Tolong bawa kesini lelaki yang berbicara itu, biar kita tanya perihal shalatnya dan maksud kata-katanya itu”. Tiba-tiba lelaki itu pun sudah menghilang dari pandangan mereka. Mereka mencari ke arah suaranya tadi, tiba-tiba mereka melihat bekas telapak kakinya yang cukup besar. Umar bin Khattab berkata: “Barangkali yang tiba itu yaitu Khidir yang pernah diceritakan oleh Nabi kita Muhammad SAW”.


Sumber: Kitab “Tafsir Ibnu Katsir”

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Mimpinya Kh. Manshur Maskan Bertemu Rasulullah Saw

Kisah Lelaki Penakluk Panasnya Api Dunia

Amalan Supaya Menerima Air Telaga Kautsar