Kelembutan Budbahasa Kiai Arwani Dikala Dihina
Dalam pengajian Tafsir Jalalain belum usang ini, Pengasuh Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah, KH Muhammad Shofi Al-Mubarok menceritakan salah satu kisah kehidupan KH. Arwani Amin Kudus.
Ia menerangkan, seusai menghadiri pembukaan thoriqoh yang gres saja didirikan oleh KH. Arwani Amin, KH. Manshur Maskan, murid kesayangan Kiai Arwani melihat goresan pena yang mengusik hatinya.
"Arwani Edan". Ya, begitulah goresan pena yang tertera menempel di dinding pinggiran jalan.
Melihat goresan pena yang masih berair itu, Kiai Mansur Maskan lantas bergegas matur kepada Kiai Arwani untuk meminta izin menghapus goresan pena yang tidak bertanggung jawab tersebut. Namun, apa yang justru dikatakan Kiai Arwani?
"Ojo dibusak disik, ben saya weruh disik. ben wong sing nulis iku puas. Onone wong kui nulis, mergo nduwe tujuan ben tak woco. wes jarke disik. ngko nak saya wes weruh, hapusen."
(Jangan dihapus dulu, semoga orang yang menulis puas. Adanya orang itu nulis sebab mempunyai tujuan semoga saya membaca. Sudah biarkan saja dulu. Nanti jikalau saya sudah melihat, hapuslah).
Diriwayatkan oleh Kiai Manshur Maskan, dia wafat pada 31 Maret 2004 M/10 Safar 1426 H dalam usia 59 tahun.
Sumber: Situs PBNU
Comments
Post a Comment