Musibah Membawa Berkah
Ada seorang lelaki yang dikenal shalih di sebuah kampung. Dia mempunyai seekor anjing penjaga, seekor keledai, dan seekor ayam jantan. Manfaat tiga ekor binatang tersebut dirasakan betul oleh segenap warga desa tersebut. Sang ayam jantan senantiasa membangunkan warga desa di waktu pagi untuk shalat. Keledai membantu mengangkut air membawa hingga perkampungan penduduk. Dan si anjing bertugas menjaga keamanan warga desa.
Hingga pada suatu hari datanglah seekor rubah (sejenis musang) memangsa si ayam jago. Warga desa pun bersedih atas peristiwa ini. Tapi lelaki shalih pemilik binatang hanya berkata, “Barangkali insiden ini ada sisi baiknya (‘asa an yakuna khairan).”
Beberapa waktu kemudian, tiba lagi seekor serigala dan mencabik-cabik perut si keledai hingga mati. Menyaksikan hal ini penduduk desa kembali dirundung kesedihan. Namun cowok shalih kembali berkata, "Semoga insiden ini mengandung kebaikan."
Tak lama sehabis insiden itu terjadi, bencana alam juga menimpa seekor anjing yang membawa pada kematiannya. Tapi lelaki shalih tersebut tetap berkata, "Barangkali bencana alam ini ada sisi baiknya".
Pasca banyak sekali insiden tersebut, pada suatu pagi warga desa menyaksikan orang-orang dari penduduk desa sekitar mereka ditawan oleh segerombolan penyamun. Hanya warga desa di mana lelaki shalih itu bermukim yang selamat/tidak ditangkap.
Kenapa mereka ditangkap? Sebuah kabar menyebutkan, kerena terdengar dari desa tetangga itu bunyi anjing, keledai, dan ayam jago.
Begitulah keselamatan warga desa di atas disebabkan matinya hewan-hewan itu sebagaimana ketentuan yang telah ditakdirkan Allah swt. Terkadang, apa yang kita sedihkan memuat sisi baik lain yang belum kita ketahui.
Jadi, barangsiapa mengetahui diam-diam tersembunyi di balik halusnya takdir Allah, maka ia akan dapat ridho/rela dengan tindakan-Nya dalam keadaan apa pun.
Dinukil dari Kitab “Ihya Ulumuddin” karya Imam Al-Ghazali
Sumber: Situs PBNU
Comments
Post a Comment